SELAMAT DATANG DI 8TANGKAS.DAPATKAN BONUS 20% UNTUK DEPOSIT PERTAMA. MINIMAL DEPOSIT 100.000.

Lomba Sihir Dan Debut Album Selamat Datang di Ujung Dunia

 

Sumber : Instagram Lomba Sihir


Lomba Sihir awalnya merupakan band pengiring dari Baskara Putra atau Hindia. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka membentuk unit musik sendiri dengan Natasha Udu sebagai vokal, Baskara Putra sebagai vokal, Rayhan Noor sebagai gitar sekaligus vokal, Wishnu Ikhsantama sebagai bass dan vokal, Tristan Juliano sebagai kibor dan vokal, dan juga Enrico Octaviano sebagai penggebuk drum sebagai komposisi band tersebut.

Setelah sebelumnya mengeluarkan dua single, yang berjudul Hati dan Paru-Paru serta Apa Ada Asmara, Lomba Sihir akhirnya mengeluarkan debut album mereka yang bertajuk Selamat Datang di Ujung Dunia.

Terdapat total 12 lagu dari album tersebut, yaitu Selamat Datang, Hati dan Paru-Paru, Cameo, Apa Ada Asmara, Jalan Tikus, Ya Mau Gimana?, Mungkin Takut Perubahan, Semua Orang Pernah Sakit Hati, Polusi Cahaya, Seragam Ketat, Nirrrlaba, dan ditutup dengan lagu berjudul Tidak Ada Salju di Sini pt. 6 (Selamat Jalan) yang turut menampilkan Petra Sihombing.

Para personil Lomba Sihir mengungkapkan, ke-12 lagu yang terdapat dalam album tersebut adalah cerminan kehidupan sehari-hari di sekitar mereka. Meski tidak dapat menggambarkan keadaan Jakarta secara keseluruhan, tapi mereka menyebut album perdana mereka sebagai surat cinta yang mereka tulis untuk Ibu Kota Indonesia tersebut.


"Kenapa kisah-kisahnya yang ada di Jakarta, mungkin karena kami tinggal di sini. Bisanya nulis tentang Jakarta doang sih, kalau nulisnya tentang Melbourne kan jadi bohong, karena kami nggak ada yang tinggal di sana. Kami treatment album ini ingin kayak photograph sih, jadi 10 tahun lalu, kami dengerin lagi, ya ini potret kami," ujar Baskara dalam konferensi pers yang berlangsung pada Kamis 25 Maret 2021.


Menurut Baskara Putra, meskipun menganggap Selamat Datang di Ujung Dunia sebagai surat cinta untuk Jakarta, tapi kota tempat tinggalnya itu tidak selalu digambarkan dengan menawan. Ada pula keburukan kota yang turut mereka tampilkan dalam lagu-lagu di album tersebut.

Contohnya Lomba Sihir membicarakan tentang kebohongan yang mau tidak mau harus diutarakan demi mencari aman dalam lagu mereka yang berjudul Jalan Tikus, budaya menyebarkan gosip dalam lagu Cameo, atau kritik untuk dunia pendidikan dalam lagu berjudul Seragam Ketat.

"Gue selalu bilang ini adalah surat cinta untuk Jakarta, jadi kami kan nggak bisa mencintai Jakarta tanpa meng-acknowledge kekurangannya juga," terang Baskara.

Hampir seluruh personel di Lomba Sihir memiliki proyek musiknya masing-masing. Ketika membentuk Lomba Sihir, mereka sepakat untuk tidak mencampurkan warna musik yang telah mereka miliki dalam satu warna. Mereka justru memilih untuk mempertemukan berbagai warna yang mereka punya dalam proyek tersebut, sehingga hasilnya dari nomor pertama hingga akhir terdapat beragam nuansa yang ditawarkan.

"Kami bikin band nggak pernah berencana merencanakan menyatukan enam kepala, kami jadi kayak melting pot saja, kayak Rayhan mau bikin lagu gimana, Udu mau bikin lagu kayak gimana, ya sudah ini jadi kayak melting pot saja," jelas Rayhan Noor.

8Tangkas | Situs Bolatangkas Online | Bola Tangkasnet | Agen Bolatangkas Slot


Posting Komentar

0 Komentar